Rabu, 14 Desember 2011

Belajar Sangat Penting Bagi Semua Kalangan

BELAJAR
A.      Pengertian Belajar
Menurut buku yang di tulis oleh Muhibin Syah pengertian belajar adalah proses mngumpulkan dan menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi/materi pelajaran. Dalam buku yang ditulis oleh Nana Syaodih, pengertian belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seseorang baik yang mengarah ke yang lebih baik ataupun yang buruk. Dalam buku yang ditulis oleh Abin Syamsuddin Makmun menjelaskan bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan fungsi pokok dan usaha yang paling strategis guna mewujudkan tujuan institusional yang diemban oleh suatu lembaga. Dari salah satu buku lagi menjelaskan bahwa belajar merupakan kegiatan paling pokok dalam mencapai perkembangan individu dan mempermudah pencapaian tujuan institusional suatu lembaga pendidikan.
Beberapa pendapat para ahli tentang definisi belajar :
·           Skinner (1968) mengatakan belajar ialah proses adaptasi tingkah laku secara progresif.
·           Wittig mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.
·           Chaplin mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap akibat dari tingkah laku dan latihan pengalaman, serta proses memperoleh respons-respons akibat dri latihan khusus.
·           Ahmadi (1982) mendefinisikan belajar sebagai proses perubahan tingkah laku manusia.
·           Crow dan Crow (1958) merumuskan pengertian belajar sebagai perolehan kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap.
·           Surya (1985) mengemukakan pengertian belajar sebagai proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.
B.       Ciri-Ciri Perilaku Belajar
Ciri-ciri belajar ada tiga yaitu :
1.      Perubahan Intensional
Perubahan yang terjadi dalam proses belajar yang diakibatkan oleh pengalaman atau praktek yang dilakukan dengan sengaja dan disadari. Perubahan ini dapat dirasakan oleh siswa dan siswa pun menyadari bahwa ada perubahan pada dirinya. Contohnya seorang siswa menyadari bahwa dirinya telah menguasai permainan futsal karena sering melakukan latihan.
2.      Perubahan Positif dan aktif
Perubahan dalam proses belajar yang bersifat positif dan aktif yakni lebih baik, bermanfaat dan sesuai harapan. Hal tersebut juga memiliki makna bahwa perubahan tersebut adalah adanya pemahaman baru yang lebih baik dari sebelumnya. Contohnya seseorang yang belajar akan lebih menguasai sesuatu ilmu dibandingkan dengan seseorang yang tidak belajar.
3.      Perubahan Efektif dan Fungsional
Perubahan yang timbul akibat proses belajar yang efektif atau berpengaruh dan bermanfaat bagi siswa lain. Selain itu, perubahan dalam proses belajar itu bersifat fungsional yang artinya relatif menetap. Perubahan efektif dan fungsional biasanya bersifat dinamis sehingga mendorong timbulnya perubahan-perubahan positif. Contohnya siswa yang belajar membaca sehingga ia jga dapat berbicara.
C.      Manifestasi/Perwujudan Perilaku Belajar
Manifestasi atau perwujudan perilaku belajar biasanya tampak dalam perubahan-perubahan sebagai berikut : 1) Kebiasaan; 2) Keterampilan; 3) pengamatan; 4) berpikir asosiatif dan daya ingat; 5) berpikir rasional; 6) sikap; 7) inhibisi; 8) apresiasi; dan 9) tingkah laku efektif.
1.    Kebiasaan
Dalam proses belajar kebiasaan-kebiasaan siswa akan terlihat perubahannya.Menurut Burghard (1973), kebiasaan timbul karena adanya penyusutan kecenderungan respons dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang. Ada juga pembiasaan meliputi pengurangan yang tidak diperlukan. Sehingga muncullah pola tingkah laku baru yang relatif menetap. Kebiasaan terjadi karena ada prosedur pembiasaan seperti dalam classical dan operant conditioning. Contohnya seseorang belajar berkendara berkali-kali menghindari kecenderungan jatuh saat berkendara, akhirnya akan terbiasa berkendara yang baik.
2.    Keterampilan
Keterampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat syaraf dan otot-otot yang tampak. Menurut Reber (1988), keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu.
3.    Pengamatan
Pengamatan artinya proses menerima, menafsirkan dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indera-indera. Untk mencapai pengamatan yang benar-benar obyektif diperlukan pengalaman belajar sebelum mencapai pengertian.
4.    Berpikir Asosiatif dan Daya Ingat
Berpikir asosiatif adalah berpikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan yang lainnya. Berpikir asosiatif merupakan proses pembentukan hubungan antara rangsangan dengan respons. Daya ingat merupakan unsur pokok dalam berpikir asosiatif. Jadi,siswa yang telah mengalami proses belajar akan ditandai dengan bertambahnya simpangan materi (pengetahuan dan pengertian)dalam memori, serta meningkatnya kemampuan menghubungkan materi tersebut dengan situasi atau stimulus yang sedang dihadapi. 
5.    Berpikir Rasional dan Kritis
Berpikir rasional dan kritis adalah perwujudan perilaku belajar terutama yang bertalian dangan pemecahan masalah. Pada umumnya siswa yang berpikir rasional akan menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan “bagaimana” (how) dan “mengapa” (why). Dalam berpikir rasional, siswa dituntut menggunakan logika (akal sehat) untuk menentukan sebab-akibat,menganalisis,menarik kesimpulan-kesimpulan, dan bahkan juga menciptakan hukum-hukum (kaidah teoretis) dan ramalan-ramalan. Dalam hal berpikir kritis, siswa dituntut menggunakan stratergi kognitif tertentu yang tapat untuk menguji kehandalan gagasan pemecahan masalah dan mengatasi kesalahan atau kekurangan (Reber,1988). 
6.    Sikap
Sikap adalah pandangan atau kecenderungan mental. Menurut Bruno (1987), sikap (attitude) adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu.
7.    Inhibisi
Inhibisi adalah upaya pengurangan atau pencegahan timbulnya respons tertentu karena adanya proses respons lain yang sedang berlangsung (Reber), 1988). Dalam hal belajar, inhibisi adalah kesanggupan siswa untuk mengurangi atau menghentikan tindakan yang tidak perlu.
8.    Apresiasi
Apresiasi adalah suatu pertimbangan (judgment) mengenai arti penting atau nilai sesuatu (Chaplin, 1982). Apresiasi bisa dikatakan sebagai suatu penghargaan terhadap benda yang abstrak maupun yang tidak abstrak yang memiliki nilai luhur. Tingkat apresiasi siswa terhadap nilai sebuah karya tergantung pada pengalaman belajarnya.
9.    Tingkah Laku Afektif
Tingkah laku afektif adalah tingkah laku yang menyangkut keanekaragaman perasaan seperti takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, dan sebagainya. Itu semua tidak terlepas dari pengaruh pengalaman belajar.
D.      Jenis-Jenis Belajar
Kegiatan proses belajar ada bermacam-macam dan memiliki corak yang berbeda-beda baik dalam aspek materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah laku.
1.    Belajar Abstrak
Belajar abstrak adalah belajar dengan cara berpikir abstrak. Tujuannya untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata. Berpikir abstrak diperlukan peranan akal yang kuat disamping penguasaan atas prinsip, konsep, dan generalisasi. Yang termasuk jeis ini adalah matematika, kimia, fisika, dan sebagainya.
2.    Belajar Keterampilan
Belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot/neuromuscular. Tujuannya untuk memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu. Dalam jenis belajar ini diperlukan latihan-latihan intensif dan teratur. Contohnya olahraga, seni lukis, seni tari, dan sebagainya.
3.    Belajar Sosial
Belajar sosial adalah belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial seperti masalah keluarga. Tujuan lainnya adalah untuk mengatur dorongan nafsu pribadi demi kepentingan bersama dan memberi peluang kepada orang lain agar kebutuhannya seimbang.
4.    Belajar Pemecahab Masalah
Belajar pemecahan masalah adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematika, logis, teratur dan teliti. Tujuannya untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas, dan tuntas. Untuk itu, kemampuan siswa dalam menguasai konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan eneralisasi serta insight (tilikan akal) amat diperlukan.
5.    Belajar Rasional
Belajar rasional adalah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan rasional. Tujuannya untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep. Oleh karena itu, siswa diharapkan memiliki kemampuan rational problem solving, yaitu kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan pertimbangan dan strategi akal sehat, logis, dan sistematis (Reber, 1988).
6.    Belajar Kebiasaan
Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain menggunakan perintah, suri teladan dan pengalaman khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (kontekstual).
7.    Belajar Apresiasi
Belajar apresiasi adalah belajar mempertimbangkan (judgement) arti penting atau nilai suatu objek. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh dan mengembangan kecapakan ranah rasa (affective skills) yang dalam hal ini kemampuan menghargai secara tepat terhadap nilai objek tertentu misalnya apresiasi sastra, apresiasi musik, dan sebagainya.
8.    Belajar Pengetahuan
Belajar pengetahuan (studi) ialah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tetentu. Studi ini juga dapat diartikan sebagai sebuah program belajar terencana untuk menguasai materi pelajaran dengan melibatkan kegiatan investigasi dan eksperimen (Reber, 1988). Tujuan belajar pengetahuan ialah agar siswa memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan alat-alat laboratorium dan penelitian lapangan.
E.       Proses Belajar
Proses adalah kata yang berasal dari bahasa Latin “processus” yang berarti “berjalan ke dalam”. Kata ini mempunyai konotasi urutan langkah atau kemajuan yang mengarah pada suatu sasaran atau tujuan. Menurut Chaplin (1972), proses adalah Any change in any object or organism, particularly a behavioral or psychological change. (Proses adalah suatu perubahan yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan).
Dalam psikologi belajar, proses berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu (Reber, 1988). Jika kita perhatikan ungkapan ”any change object or organism dalam definisi Chaplin di atas dan kata-kata “cara-cara atau langkah-langkah” (manner or operations) dalam definisi Reber tadi, istilah “tahapan perubahan” dapat kita pakai sebagai padanan kata proses. Jadi, proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaannya sebelumnya.
F.       Tahap-tahap / Fase-fase Proses Belajar
Karena belajar itu merupakan aktivitas yang berproses, sudah tentu di dalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan-perubahan tersebut timbul melalui fase-fase yang antara satu dengan lainnya bertalian secara berurutan dan fungsional.
Menurut Jerome S. Bruner, salah seorang penentang teori S-R Bond (Barlow, 1985), dalam proses pembelajaran siswa menempuh tiga episode atau fase.
a. Fase informasi (tahap penerimaan materi).
b. Fase tranformasi (tahap pengubahan materi).
c. Fase evaluasi (tahap penilaian materi).
Dalam fase informasi, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Di antara informasi yang diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan berdiri sendiri ada pula yang berfungsi menambah, memperhalus, dan memperdalam pengetahuan yang sebelumnya teah dimiliki.
Dalam fase transformasi, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah, atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konsepstual supaya kelak pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas.
Dalam fase evaluasi, seorang siswa akan menilai sendiri sampai sejauh manakah pengetahuan (informasi yang telah ditransformasikan tadi) dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain atau memecahkan masalah yang dihadapi.
Menurut Wittig (1981) dalam bukunya Psychology of Learning, setiap proses belajar selalu berlangsung dalam tiga tahapan.
a. Acquistion (tahap perolehan/penerimaan informasi).
b. Storage (tahap penyimpanan informasi).
c. Retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi).
Proses acquistion dalam belajar merupakan tahapan yang paling mendasar. Kegagalan daam tahap ini akan mengakibatkan kegagalan pada tahap-tahap berikutnya. Pada tingkatan acquistion seorang siswa mulai menerima informasi sebagai stimulus dan melakukan respons terhadapnya, sehingga menimbulkan pemahaman dan perilaku baru.
Pada tingkatan storage seorang siswa secara otomatis akan mengalami proses penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang ia peroleh ketika menjalani proses acquistion.
Proses retrieval pada dasarnya adalah upaya atau peristiwa mental dalam mengungkapan dan memproduksi kembali apa-apa yang tersimpan dalam memori berupa informasi, simbol, pemahaman, dan perilaku tertentu sebagai respons atas stimulus yang sedang dihadapi. Pada tingkatan retrieval siswa kan mengaktifkan kembali fungsi-fungsi sistem memorinya, misalnya ketika ia menjawab pertanyaan atau memecahan masalah.
G.      Pendekatan Belajar
Banyak pendekatan belajar yang dapat diajarkan kepada siswa untuk mempelajari bidang studi atau materi pelajaran yang sedang mereka tekuni. Berikut pendekatan yang populer dalam belajar.
1.    Pendekan Hukum Jost
Menurut reber 1988, salah satu asumsi penting yang mendasari hukum jost adalah siswa yang lebih sering mempraktikan materi pelajaran akan lebih mudah memanggil kembali memori lama yang berhubungan dengan materi yang sedang ia tekuni.  Selanjutnya berdasarkan asumsi itu maka belajar kiat 5x3 adalah lebih baik darpada 3x5 walaupun hasil perkalian kedua kiat tersebut sama.
Maksudnya memepelajari sebuah materi dengan alokasi waktu 3 jam perhari selama lima hari akan lebih efektif daripada mempelajari materi tersebut dengan alokasi 5 jam per hari. Contoh yang paling dekat dengan pendekatan ini adalah dalam kegiatan belajar dengan menghafal.
2.      Pendekatan Ballard dan Clanchy
Menurut ballard dan clanchy 1990, pendekatan belajar siswa pada umumnya dipengaruhi oleh sikap terhadap ilmu pengetahuan. Ada dua macam siswa dalam menyikapi ilmu pengetahuan, yaitu (1) sikap melestarikan apa yang sudah ada; dan (2) sikap memperluas.
Siswa bersikap conserving pada umumnya menggunakan pendekatan belajar reproduktif bersifat menghasilkan kembali fakta dan informasi. Sedangkan siswa yang bersikap extending, biasanya menggunakan pendekatan belajar analitis berdasakan pemilihan interprestasi fakta dan informasi. Bahkan mereka yang bersikap extending cukup banya yang menggunakan pendekatan belajar yang lebih ideal yaitu pendekatan spekulatif berdasarkan pemikran mendalam, yang bukan saja bertujuan menyerap pengetahuan melainkan juga mengembangkannya.
Berikut tipe, strategi dan tujuan masing-masing pendekatan belajar tersebut.
a)         Pendekatan Belajar Reproduktif
Pendekatan ini memiliki strategi dalam hal menghafal, meniru, dan meringkas. Tujuannya adalah untuk pembenaran/penyebutan kembali materi yang telah dipelajari. Siswa yang menggunakan pendekatan ini dalam pertanyaannya sering menggunakan kata tanya apa.
b)        Pendekatan Belajar Analitis
Pendekatan ini memiliki strategi dalam hal berpikir kritis, mempertanyakan, menimbang dan berargumen. Tujuannya adalah untuk pembetukan kembali materi ke dalam pola yang baru. Siswa yang menggunakan pendekatan ini dalam pertanyaannya sering menggunakan kata tanya mengapa, bagaimana, apa betul, dan apa penting.
c)         Pendekatan Belajar Spekulatif
Pendekatan ini memiliki strategi dalam hal sengaja mencari kemungkinan dan penjelasan baru dan berspekulasi serta membuat hipotesa. Tujuannya adalah untuk menciptakan pengetahuan baru. Siswa yang menggunakan pendekatan ini dalam pertanyaannya sering menggunakan kata tanya bagaimana kalau.
3.      Pendekatan Biggs
Menurut hasil penelitian biggs 1990, pendekatan belajar siswa dapat dikelompokkan ke dalam tiga tipe prototipe(bentuk dasar).
a)      Pendekatan surface (permukaan / bersifat lahiriah).
Pendekatan ini memiliki motif ekstrinsik dengan ciri menghindari kegagalan tapi tidak belajar keras. Strategi pendekatan ini adalah memusatkan pada rincian-rincian materi dan mereproduksi secara persis.
b)      Pendekatan deep (mendalam).
Pendekatan ini memiliki motif instrinsik dengan ciri berusaha memuaskan keingintahuan terhadap isi materi. Strategi pendekatan ini adalah memaksimalkan pemahaman dengan berpikir, banyak membaca,dan diskusi.
c)      Pendekatan achieving (pencapaian prestasi).
Pendekatan ini memiliki motif ego-enhancement dengan ciri bersaing untuk meraih nilai prestasi tinggi. Strategi pendekatan ini adalah mengoptimalkan pengaturan waktu dan usaha.






DAFTAR PUSTAKA

Makmun, A. S. (2005). Psikologi Kependidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Rakhmat, Cece. Et al. (2006). Psikologi Pendidikan. Bandung: UPI Press.
Sukmadinata, N. S. (2005). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Syah, Muhibbin. (2006). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.